“Berbagi”, satu hal menarik untuk kita bahas pada kesempatan kali ini.
Seorang
teman saya yang beberapa waktu lalu sempat ke Jerman menghubungi saya
lewat chat di FB menawari saya untuk menjadi kontributor di website-nya.
Setelah sejenak berpikir, segera saya meng-iya-kan.
Dalam
banyak kesempatan, saya berusaha untuk tidak menolak tawaran kebaikan
sekiranya saya mampu. Ada sebuah kalimat menarik yang saya suka. Begini
kalimatnya, “Kita tidak tahu dari siapa, kapan, dimana jalan
keberuntungan yang akan membawa kita pada kesuksesan; karena itu,
berbuat baiklah kepada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja kita
berada”.
Seorang teman juga pernah menasehatkan, “Berbuat baiklah, siapa tahu ada malaikat yang lewat lalu dengan perbuatan baik itu kita diijabahi keinginan kita”.
Menarik juga pesan teman tadi. Semua itulah yang mendorong saya untuk
berusaha berbuat kebaikan. Sebisa mungkin walaupun hanya berupa gagasan,
sekedar kalimat inspiratif mungkian pula kata-kata motivatif. Lagi pula
Allah SWT menjanjikan balasan lebih atas perbuatan baik yang manusia
lakukan. Mereka yang berinfak dibalas 10 kali lipat bahkan lebih. Ajakan
kebaikan jika ternyata diikuti oleh seseorang diberi ganjaran sama
dengan dia yang melaksanakan (tanpa mengurangi ganjaran yang
melaksanakan). Janji surge untuk perbuatan baik yang mampu menjadikan
seorang yang jahat berubah jadi baik.
Travel Bisnis terdasyat 2015 modal sekali hanya 50 ribu untung berlipat.. BISNIS TIKET PESAWAT & TIKET KERETA API - ISTANA TOUR AIRLINE SYSTEM
Kita
tidak kehabisan sarana berbuat kebaikan. Mereka yang kaya berbagi
dengan hartanya, mereka yang pandai berbagi dengan ilmunya, mereka yang
kuat berbagi dengan tenaganya, bisa juga dengan mengajak melalui lisan,
dan kalau tidak bisa apa-apa cukup dengan tidak berbuat aniaya pada
orang lain (diam).
Ada sebuah rahasia yang ingin saya bagikan dalam kesempatan ini terkait dengan judul tulisan, “Berbagi dan Berkelimpahan”. Mungkin ada yang sempat terusik dengan judul tersebut, “Berbagi itu bukannya menjadikan kekurangan? Kok ditulis malah menjadikan berkelimpahan?” Itulah kekhawatiran manusia. Khawatir jika hartanya dibagikan (infak) ke orang lain akan berkurang. Perenungannya, “Adakah orang yang jatuh miskin karena berinfak?” Justru
kenyataannya semakin banyak berbagi, semakin bertambah apa-apa yang
dimiliki. Hal itu barang kali yang menjadi salah satu rahasia mengapa
orang kaya semakin menjadi kaya. Mereka beramal dengan harta lalu Allah
SWT melipatgandakan balasannya.
Abdurrahman
bin Auf pernah menginfakkan seluruh unta dan barang dagangannya untuk
kaum muslimin. Tiada rasa kekhawatiran dalam dirinya akan menjadi
miskin. Tetap saja kekayaan Abdurrahman bin Auf melimpah. Selain karena
kemampuannya dalam berbisnis juga berkahnya dari infak yang dia lakukan.
Mudah-mudahan kali lain saya bisa mengupas perihal kaum muslimin
golongan fakir yang menemui Rasulullah mengadukan bahwa amalan di dunia
ini sudah habis diborong para sahabat yang kaya harta. Tentunya pada
ingin tahu juga rahasia kesuksesan bisnis Abdurrahman bin Auf? Sedikit
sudah saya kupas di Buku MASTER from minder. Belum baca? Bacalah buku itu.
“Berbagi dan Berkelimpahan”
Sebelumnya
saya ingin bertanya. Tahu Laut Galilea? Pernah mendengar setidaknya ya.
Kalau Laut Mati? Pasti banyak yang tahu. Nah, kita akan belajar perihal
“Berbagi dan Berkelimpahan” dari kedua laut tersebut.
Laut
Galilea airnya sangat jernih, bening, dan menjadi pusat penghidupan
banyak orang. Beragam pemanfaatan airnya, mulai dari masak, mandi, dan
berbagai keperluan lainnya. Banyak ikan dan beraneka kehidupan laut ada
di Galilea. Bagaimana dengan Laut Mati? Sungguh keadaannya berkebalikan.
Airnya asin, gelap, dan tentunya tidak ada yang mau hidup di Laut Mati.
Padahal, keduanya memiliki sumber mata air yang sama yaitu Sungai
Yordan.
Rahasianya di sini. Tabiat
Laut Galilea dengan Laut Mati berbeda. Setelah menerima sumber air dari
Sungai Yordan, Galilea meneruskan airnya ke sungai yang lain. Berbeda
dengan Laut Mati yang tidak mengalirkan airnya kemana-mana. Laut Mati
hanya menerima tetapi tidak ‘mau’ meneruskan. Hal itu pula yang
menjadikannya dinamai Laut Mati.
Di
lingkungan yang lebih dekat, kita bisa temukan air yang menggenang
dalam jumlah yang besar. Sungai yang mampet misalnya. Bisa dipastikan
airnya kotor, warnanya tidak bening, dan banyak nyamuk alias rawan
penyakit. Selain itu, jika sewaktu-waktu debit air bertambah, resikonya
bisa terjadi banjir.
Kita belajar dari Laut Galilea dan Laut Mati serta keadaan air yang mengalir dan menggenang perihal “Berbagi dan Berkelimpahan”.
Jika air itu ibarat harta tentunya ada hak orang lain pula dan harus
dialirkan. Jika tidak dialirkan akibatnya rawat akan kejadian yang tidak
diinginkan. Ada aja pengeluaran untuk hal-hal yang tidak diinginkan.
Misalnya kehilangan, sakit, bisnis yang tidak untung-untung dst. (Kita
berlindung dari hal demikian).
“Berbagilah karena itu akan
membersikan; Berbagilah karena itu akan memperlancar aliran; Berbagilah
karena itu justru akan menjadikan keberlimpahan”
Tidak perlu berbangga hati jika banyak
berbagi terutama harta (infak). Bukankah infak itu untuk membersihkan
harta? Jika banyak yang disortir (dibersihkan) bukankah itu artinya
banyak kotorannya? Adakah bangga dengan banyak kotoran?
Selamat Berbagi dan Berkelimpahan.
(by pariman siregar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar